Mata kuliah ini mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan mahasiswa dalam memaknai dan menghayati dasar-dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD) sebagai sebuah filosofi pengembangan Pendidikan Nasional. Mata kuliah ini melatih mahasiswa untuk secara reflektif, kritis dan kolaboratif menelaah pemikiran-pemikiran KHD dan bagaimana strateginya dalam mewujudkan Pendidikan yang berpihak pada anak sesuai dengan keberagaman konteks sosial budaya dan nilai-nilai luhur Indonesia. Proses perkuliahan dilakukan dengan menekankan dialog kritis sehingga mahasiswa menjadi lebih reflektif dan tajam dalam mengkritisi praktik baik-praktik baik Pendidikan yang berpihak pada murid.
Pendahuluan - MK. Filosofi Pendidikan Indonesia
Kata Pengantar
Salam dan Bahagia,
Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Nasional merupakan ajakan untuk menumbuhkan imperatif edukatif-moral para guru di dalam diri sendiri, komunitas para guru dan para peserta didik. Hidup dan bertumbuh di bumi Indonesia adalah berkat dan karunia yang mewarisi kekayaan berlimpah budaya dan nilai-nilai religius-kemanusiaan yang ditanamkan dalam sanubari melalui pendidikan di dalam keluarga, masyarakat adat dan budaya setempat. Rasa syukur atas warisan nilai-nilai merupakan dorongan positif yang memuat tanggung jawab untuk mengembangkan pendidikan yang berakar pada konteks Keindonesiaan. Kita perlu menumbuhkan keyakinan bahwa menjadi guru adalah panggilan, tugas dan pilihan hidup yang bernilai. Belajar dari tokoh pendidikan nasional memiliki makna ganda, yakni menyerap pengetahuan dan ide-ide tentang pendidikan dan mengobarkan semangat kerelaan dan kemurahan hati untuk mendampingi proses tumbuh kembang secara integral para generasi penerus bangsa. Menjadi guru adalah pewaris semangat dan jiwa gotong-royong untuk saling belajar, berkarya dan berjuang demi kemajuan bangsa lewat dunia pendidikan.
Mata kuliah ini menguatkan visi diri mahasiswa tentang ‘Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia dan anggota masyarakat’. Karena pendidikan itu menuntun maka tugas utama sebagai pendidikan adalah menuntun. Dalam proses menuntun, mahasiswa perlu memahami tentang manusia Indonesia melalui pemahaman dan pemaknaan yang mendalam tentang Pancasila sebagai identitas dan entitas manusia Indonesia.
Pancasila menjadi pendoman Pendidikan Nasional maka mari kita saling belajar untuk menumbuhkan spiritualitas, intelektualitas, motivasi dan kebanggaan sebagai guru yang terus membuka diri untuk belajar sambil berkarya dan berkarya yang menumbuhkan semangat saling belajar. Belajar menjadi ruang perjumpaan untuk menguatkan panggilan diri sebagai seorang guru dan manusia untuk menuntun kekuatan kodrat murid menjadi manusia Indonesia sesuai Profil Pelajar Pancasila.
Salam
Pengembang MK Filosofi Pendidikan Nasional
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Nasional
Mahasiswa memiliki pemahaman kritis dan reflektif tentang dasar-dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD),
Mahasiswa memiliki keterampilan mengelola pembelajaran yang berpihak pada peserta didik pada konteks lokal kelas dan sekolah agar terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter,
Mahasiswa memiliki sikap reflektif-kritis dalam menerapkan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik sesuai dengan Filosofi Pendidikan Nasional dan Pancasila
Asesmen
Daftar Pusataka
Alberto Torres, Carlos, Democracy, Education, and Multiculturalism: Dilemas of Citizenship in a Global World (Maryland: Rowman and Litlefield Publishers, 1998).
Alston,W. P., “Religious Belief and Values”, Faith and Philosophy, XVIII, (Januari 2001), 36-49.
Armada Riyanto dkk (ed.) (2015). Kearifan Lokal-Pancasila: Butir-butir Filsafat Keindonesiaan. Yogyakarta: Kanisius.
Bung Karno. (1960). Pantjasila Dasar Filsafat Negara. Djakarta: Jajasan Empu Tantular.
Chethimattam, J.B., “New Religius Movements and Popular Religiusity”, Rethinking New Religious Movements. (Roma: Research Center On Cultures and Religions- Pontifical Gregoriana University, 1998), 631-644.
Dewantara, K.H. (2009). Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Leutika
Eliharni. (2016). “The Challenge of Religious Education in Indonesia Multiculturalism”. Journal of Education and Human Development, 5(4): 1-24.
Endro, Gunardi. (2016). Tinjauan Filosofis Praktik Gotong Royong. Respon: Jurnal Etika Sosial. 21 (1): 89-112. DOI: https://doi.org/10.25170/respons.v21i01.526
Hans, Nicolas, Comparative Education: A Study of Educational Factors and Traditions, (London: Routledge Paperback, 1967).
Heidegger, M. (1962). Being and Time. (English translation by John Macquarrie & Edward Robinson). New York: Harper & Row.
Hijriana. (2020). “Building Indonesian Humanity through Civic Education in High School”. Journal La Edusci. 01 (4): 26-30.
Husain HPW., Nazar. (2014). Interreligious Relation and Violence On Religion in Indonesia Religion Philosophical Perspective. Al-Ulum. 14(2): 311-324.
Husserl, E., The Basic Problem of Phenomenology Vulme XII, English transl. by Ingo Faris & James G. Hart (Springer: Dordrecht, 2006).
Husserl, E., General Introduction to Pure Phenomonolgy Vilume II, English transl. by F. Kerseten (Dordrecht: Kluwer Academic Publishers, 1983)
Ibnu Mujib-Yance Z. Rumahuru, Paradigma Transformatif Masyarakat Dialog: Membangun Fondasi Dialog Agama-agama Berbasis Teologi Humanis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).
Inandiak-Heri Dono, Elizabeth D., Merapi Omahku (Yogyakarta: Babad Alas, 2010).
Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.Yogyakarrta: Paradigma.
Kaelan. (2016). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Aksara Baru:, Jakarta, 1979).
Kusuma, Jamaludin Hadi and Sulistiyono Susilo. (2020). Intercultural and Religious Sensitivity among Young Indonesian Interfaith Groups. Religions. 11 (26): 3-22.
Mamani, Vicenta, “Popular Religiosity and Evangelism in Anumara Culture”, International Review of Mission 82 (2011), 391 - 400.
Manchala, Deenabandhu , “Theological Reflections on Pilgrimage”, The Ecumenical Review 66 (2014), 139-145.
Mangunwijaya, Y.B. (2020[1]). Sekolah Merdeka: Pendidikan Pemerdekaan. Jakarta: Penerbit Kompas.
Mangunwijaya, Y.B. (2020 [2]). Menumbuhkan Sikap Religius Anak-anak. Jakarta: Penerbit Kompas.
Mangunwijaya, YB., Manusia, Pasca modern, Semesta dan Tuhan: Renungan Filsafat Hidup Manusia Modern (Kanisius: Yogyakarta, 1999).
Mangunwijaya, Y.B., “Menumbuhkan Sikap Religius Anak-anak”, dalam Dari Pelajaran Agama ke Pendidikan Religiositas (Yogyakarta: Dinamika Edukasi Dasar-Misereor, 2005), 47-53.
Mondin, B., Filosofia della Cultura e dei Valori (Milano: Massimo, 1994).
Na’imah, Sukiman, & Nurdin, Indra Fajar. (2017). Developing The Model Of Inclusive Religious Education At Indonesia And Thailand Elementary Schools. IORS Journal of Research & Method in Education (IOSR –JRME). 7(5): 1-39.
Nuryanto, Agus M. (2014). “Comparing Religious Education in Indonesia and Japan”. Al-Jāmi‘ah: Journal of Islamic Studies. 52 (2): 435-458.
Octaviani, Wendy Anugrah. (2018). Urgensi Memahami dan Mengimplementasikan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari sebagai Sebuah Bangsa. Jurnal Bhineka Tunggal Ika. 5(2): 123-128.
Painadath, Sebastian, Spiritual Co-Pilgrims: Toward a Christian Spirituality in Dialogue with Asian Religions (Quezon City: Claretian Publications, 2014),
Pedersen, Lane. (2016). Religious Pluralism in Indonesia. The Asia Pacific Journal of Anthropology. 17(5); 387-398. https://doi.org/10.1080/14442213.2016.1218534.
Rafael, Simon (2020). Refleksi Filsofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Modul Program Guru Penggerak, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Riyanto, Agus. (2006). Pengamalan/Aplikasi Nilai-nilai Pancasila dalam Aspek Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yustisia. 6: 1-6.
Rosidin. (2016). Role of Local Wisdom in Preserving the Religious Harmony of Samin Community in Blimbing Blora. International Journal of Latest Research in Science and Technology. 5 (2): 25-30.
Shofiana, Gabrielia Febrianty. (2014). Philosophy, Pancasila and Modern Technology. Yuridika. 29 (2): 139-148.
Siswoyo, D. (2013). Philosophy of education in Indonesia: Theory and thoughts of institutionalized state (PANCASILA). Asian Social Science, 9(12), 136.
Sulianti, Ani. (2018). “Revitalisasi Pendidikan Pancasila dalam Pembentukan Life Skill”. Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan. 6 (2): 111-117. http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/Citizenship.
Sudiarja, A, Agama (di Zaman) yang Berubah (Yogyakarta: Kanisius, 2006),
Widisuseno, Iriyanto. (2014). Azas Filosofis Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Humanika. 20(2). 62-66.
Post a Comment